Dalam rangka mendukung ketahanan pangan dan praktik pertanian berkelanjutan, tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Fakultas Pertanian Gadjah Mada menyelenggarakan pelatihan “Pembuatan Pupuk Hayati Berbasis Mikroba” yang ditujukan bagi Ibu-ibu PKK Pedukuhan Bergan, Kelurahan Wijirejo, Kabupaten Bantul pada hari Minggu, 20 Juli 2025. Kegiatan berlangsung mulai pukul 15.00 hingga 18.00 WIB dengan melibatkan dosen, mahasiswa, serta masyarakat setempat dalam suasana yang penuh semangat kolaborasi.
Bantul sendiri merupakan salah satu sentra pangan di DIY yang kini menghadapi tantangan serius terkait keberlanjutan lahan pertanian. Data Dinas Pertanian setempat menunjukkan penurunan kesuburan tanah akibat intensifikasi pupuk kimia dalam dua dekade terakhir. Kondisi ini membuat inovasi berbasis pupuk hayati semakin relevan untuk mendukung produktivitas pertanian sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia bersubsidi.
Merespons persoalan tersebut, tim PKM UGM yang diketuai oleh Yumechris Amekan, S.Si., M.Biotech., Ph.D., bersama dosen Fakultas Pertanian lainnya —Agung Dian Kharisma, S.Pd.Si., M.Biotech., Ph.D., Nur Akbar Arofatullah, S.P., M.Biotech., Ph.D., Dr. Najmu Tsaqib Akhda, S.P., M.A., Susanti Mugi Lestari, S.P., M.Si., Ph.D., dan Dr. Adyatma Irawan Santosa, S.P., M.Sc.—serta empat mahasiswa Departemen Mikrobiologi Pertanian juga turut aktif menginisiasi kegiatan ini, yaitu Severinus Adrian Maitri, Najmaturrahma Baskoro, Tsania Putri Soflyna Azzahra, dan Praharsiwi Nisa Az Zahro. Melalui pemanfaatan mikroba lokal untuk menghasilkan pupuk hayati, pelatihan diharapkan memberi alternatif sederhana, murah, dan ramah lingkungan bagi petani maupun pekebun skala rumah tangga.
Kegiatan dibuka dengan sambutan dan pengantar mengenai urgensi pengembangan pupuk hayati. Sesi presentasi memberikan pemahaman menyeluruh tentang konsep pupuk hayati, manfaat mikroba tanah, serta hubungannya dengan keberlanjutan ekosistem. Setelah itu, peserta diajak terlibat langsung dalam praktik pembuatan pupuk hayati. Mereka diperkenalkan pada bahan, alat, serta langkah-langkah pembuatan pupuk berbasis kultur Bacillus sp. yang terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan akar, menyuburkan tanah, sekaligus mengendalikan penyakit tanaman secara alami.
Suasana pelatihan berlangsung antusias dan interaktif. Para peserta dengan aktif menyampaikan pertanyaan seputar kegiatan menanam baik di skala rumah tangga hingga berbagai permasalahan yang terjadi di lahan pertanian. “Kami senang bisa mempelajari pembuatan pupuk hayati. Dengan bahan lokal, kami bisa mengurangi biaya sekaligus menjaga tanah tetap subur,” ujar Ibu Risti, salah satu peserta pelatihan dari PKK Pedukuhan Bergan.
Dalam sesi penutup, Yumechris Amekan menekankan pentingnya kontinuitas program. “Peserta memiliki semangat belajar yang tinggi, yang sesuai dengan harapan dari output kegiatan ini. Kedepannya, kita dapat mengadakan kegiatan lanjutan terkait praktik solutif untuk tantangan berkebun labu madu di Pedukuhan Bergan. Permasalahannya adalah hasil awalnya bagus, tetapi kualitasnya menurun ketika perbanyakan bibit. Hal tersebut dapat kita respon dengan mengadakan workshop tambahan, berkolaborasi bersama dengan Departemen Agronomi,” jelasnya. Kegiatan ini juga menjadi kesempatan bagi mahasiswa untuk terjun langsung ke lapangan. Keterlibatan mereka tidak hanya sebatas dukungan teknis, tetapi juga sebagai pengalaman nyata bagaimana ilmu mikrobiologi pertanian dapat langsung diaplikasikan ke masyarakat. Hal ini sejalan dengan semangat Tridarma Perguruan Tinggi, khususnya pengabdian kepada masyarakat, serta menjadi bentuk experiential learning yang menumbuhkan kepedulian generasi muda terhadap pertanian berkelanjutan.
Melalui pelatihan ini, masyarakat di Pedukuhan Bergan diharapkan semakin mandiri dalam mengelola pertanian keluarga. Produksi pangan menjadi lebih sehat dan biaya produksi dapat ditekan dengan penggunaan input lokal. Lebih dari itu, inisiatif ini juga memperkuat kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga kesuburan tanah dan lingkungan. Kegiatan ini tidak hanya sebagai transfer pengetahuan saja, tetapi juga sebagai wujud nyata kontribusi ilmiah menuju pencapaian Sustainable Development Goals (SDG) 2: Zero Hunger dan SDG 15: Life on Land.
Penulis : Severinus Adrian Maitri & Tsania Putri