Berjarak 1.420 km dari Daerah Istimewa Yogyakarta, terukir kisah pengabdian mahasiswa di tanah Tenggara Sulawesi. “Mai Te Wuna” yang bermakna mari datang ke Muna, Kabupaten Muna tak hanya menyuguhkan pesona alam yang indah, namun juga masyarakat yang haus akan ilmu. Program Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Gadjah Mada tahun 2024 sukses digelar di Desa Moolo dan Desa Lanobake, Kecamatan Batukara, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. Pelaksanaan kegiatan KKN-PPM berlangsung selama 50 Hari mulai, dimulai dari tanggal 1 Juli hingga 20 Agustus. Dengan mengusung Tema “Pemberdayaan Masyarakat Berkelanjutan yang Berbasis pada Optimalisasi Komoditas Lokal Sebagai Upaya Peningkatan Ekonomi Transpolitan Mutiara di Kabupaten Muna”. Beranggotakan 28 Mahasiswa dari berbagai macam jurusan, tidak terkecuali program studi Mikrobiologi Pertanian.
Kali ini, 2 mahasiswa Mikrobiologi Pertanian berkesempatan ikut unjuk gigi dalam program pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Muna, salah satunya adalah Cokorda Keigoputra Pemayun atau yang akrab dipanggil Keigo. Keigo sendiri ditempatkan di Desa Moolo yang masyarakatnya sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Berbagai komoditas perkebunan dapat dijumpai di Desa Moolo, seperti kelapa, pisang, dan kakao. Kondisi geografis desa yang terletak cukup dekat dengan pesisir membuat ikan menjadi salah satu makanan pokok daerah tersebut. Latar belakang tersebut yang mendasari program kerja Keigo selama kegiatan KKN. Sebagai mahasiswa Mikrobiologi, Keigo mengembangkan program kerja Interdisipliner berupa Pelatihan pembuatan Teh Kombucha dengan memanfaatkan komoditas lokal. Selain itu, dalam menanggulangi permasalahan limbah rumah tangga, Keigo berinovasi untuk membuat pupuk organik cair dengan memanfaatkan sampah dapur. Tak hanya sebagai pupuk, namun limbah dapur seperti tulang ikan juga dapat diolah menjadi tepung tulang ikan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber kalsium. Keigo berharap program kerja yang telah dilaksanakan, dapat memberikan manfaat bagi orang banyak.
Di desa lain, Lanobake, Muadz Fikri Gunawan yang akrab disapa Muadz juga melaksanakan berbagai kegiatan KKN. Desa Lanobake memiliki potensi sumber daya alam yang besar. Dalam pengolahan sumber daya alam yang tersedia, Muadz mengadakan pelatihan pembuatan pupuk hayati yang berbasis mikoriza. Pupuk hayati ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tanaman, terutama jagung dan kelapa, yang merupakan komoditas utama di desa tersebut. Selain itu, Muadz menginisiasi pelatihan pembuatan furikake, bumbu kering khas Jepang yang terbuat dari campuran ikan, rumput laut, dan biji wijen. Pelatihan ini memanfaatkan hasil tangkapan ikan laut yang melimpah di wilayah tersebut. Program ini tidak hanya meningkatkan nilai tambah dari komoditas ikan, tetapi juga memperkenalkan diversifikasi produk makanan yang dapat dipasarkan lebih luas. Di sisi lain, Muadz juga memperkenalkan penanaman rumput gama umami sebagai pakan sapi. Mengingat populasi sapi yang cukup besar di desa tersebut, rumput gama umami diharapkan dapat menjadi solusi pakan yang berkualitas tinggi, yang dapat mendukung peningkatan produksi ternak. Penanaman rumput ini juga bertujuan untuk mengurangi ketergantungan petani pada pakan yang harus diimpor dari luar daerah, sehingga biaya produksi ternak dapat ditekan dan kesejahteraan peternak bisa meningkat.
Dengan adanya program-program ini, baik Keigo maupun Muadz berharap dapat memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi masyarakat di Kabupaten Muna, baik dalam bidang pertanian, peternakan, maupun perikanan. Sinergi ini menjadi bukti kuat untuk mencapai tujuan SDG 2: Zero Hunger, SDG 3: Good Health and Well-Being, SDG 4: Quality Education, dan SDG 8: Decent Work and Economic Growth.
Penulis: Cokorda Keigoputra Pemayun dan Muadz Fikri Gunawan